Politik Instagram untuk Mendekati Generasi Millennial
Pada Pilpres 2014, jumlah pemilih millennial tercatat mencapai 40 juta orang. Namun di tahun 2019 ini jumlah tersebut meningkat dua kali lipat, yakni mencapai 80 juta orang dari total 192 juta pemilih. Jumlah yang sangat besar tersebut tentu saja membuat partai politik dan para kandidat legislatif berusaha mencari cara pendekatan yang tepat untuk generasi muda. Pasalnya, kebanyakan dari mereka cenderung tidak peduli dengan politik.
Mengabaikan mereka berarti membuang-buang peluang untuk mendapatkan suara dari pendukung yang berasal dari kalangan awam. Untuk itu, di sini dibutuhkan kemampuan untuk menarik perhatian kelompok yang sangat vital ini sebagai sumber pemilih yang masih segar. Dalam upayanya, para capres banyak melakukan upaya yang belakangan ini disebut “politik Instagram”. Tentu saja terinspirasi karena banyak politisi yang mempromosikan diri mereka lewat Instagram.
Sebagai platform media sosial yang sedang berkembang pesat dan lebih modern, Instagram memang menjadi alat yang pasti akan sangat disukai kalangan muda atau para pemilih baru. Dari sekian banyak alasan, salah satu yang membuat Instagram menjadi tempat berkampanye yang tepat adalah karena karakteristik visual yang kuat. Para capres perlu mempromosikan diri mereka secara visual melalui konten berupa gambar, foto maupun video di Instagram. Hal ini dinilai lebih efektif ketimbang menggunakan cara lama seperti pidato konvensional atau dalam bentuk tulisan di situs web.
Mau tidak mau, ini akan menjadi tantangan bagi para politisi untuk mendukung diri sendiri dengan memanfaatkan media sosial. Bagaimana cara mempromosikan diri secara lebih sederhana, mudah dipahami dan bisa menarik perhatian pemilih muda.
Posting Komentar untuk "Politik Instagram untuk Mendekati Generasi Millennial"