Kebisingan Politik Kita Dewasa Ini
Dalam situasi politik nasional yang makin memanas dan bising dewasa ini, mungkin kita baru menyadari bahwa salah satu perkataan Bung Karno dulu benar adanya. Perjuangan melawan penjajah lebih mudah, tetapi perjuangan kita saat ini lebih berat karena harus melawan bangsa sendiri.
Apa yang ditunjukkan oleh para pendukung politik dan beberapa politisi saat ini seolah sudah melenceng jauh dari jati diri bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Kebencian dan amarah justru lebih sering ditunjukkan di ruang politik.
Walau demikian menurut hasil survei politik yang sudah dipublikasikan, masih ada beberapa orang yang sepakat untuk tetap menciptakan situasi pemilu damai dan kondusif. Beberapa orang ini adalah mereka yang berasal dari luar dua kubu besar pendukung para capres.
Beberapa orang itu pula yang masih menjadi sumber optimisme masyarakat Indonesia untuk segera pulih dari fanatisme buta. Pasalnya, agak mustahil untuk berharap kepada mereka yang sudah terpapar virus bernama fanatisme buta itu.
Situasi ini disebut-sebut terjadi karena politik nasional tidak memiliki teladan. Publik kesulitan menemukan teladan elite yang berpandangan bahwa dalam pemilu bukan hanya sekadar menang-kalah. Sosok teladan ini sebenarnya bisa muncul dari orang-orang yang berada di luar dua kubu. Adapun mereka yang belum terseret arus berasal dari PNS, akademisi kampus dan mahasiswa.
Ketiganya harus menjadi arus lain di antara dua dominasi yang sudah terlebih dahulu tercipta. Arus ini diharapkan mampu menahan gejolak politik dan menumbuhkan apresiasi politik dengan cara mengkampanyekan hal-hal positif serta menumbuhkan kesadaran bahwa damai bersama jauh penting ketimbang sekadar membela kekuasaan politik belaka.
Posting Komentar untuk "Kebisingan Politik Kita Dewasa Ini"